Untuk pertama kalinya, saya dan kakak sangat jauh dari rumah dan Orangtua.
Sebelumnya, kami diantar lebih awal ke rumah sepupu yang akan mengadakan pesta pernikahan, karena semua anggota keluarga beserta ibu yang sedang hamil besar baru bisa menyusul kesana dua hari kemudian.
Rumah sepupu terletak di sebuah dusun yang juga adalah kampung halaman dimana Ayah dan Ibu dilahirkan. Disana, rata-rata tempat tinggalnya berbentuk rumah panggung khas orang melayu. Sebelum hari pernikahan digelar, biasanya para sesepuh, sanak keluarga dan tetangga sekitar turut bahu membahu membantu memasak hidangan pesta di bawah rumah.
Lalu malamnya, semua makanan dibawa ke atas agar lokasi bawah rumah yang sebelumnya menjadi dapur kotor bisa segera dirapikan, dan bisa dimanfaatkan sebagai tempat tambahan untuk menjamu para tamu undangan. Untuk selanjutnya, semua hidangan yang telah selesai dimasak bisa langsung dihangatkan di dapur atas.
Sebelum subuh, beberapa orang sudah bangun lebih awal untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Saya dan kakak juga ikut terbangun. Setelah berbenah kami langsung ke dapur melihat Uwak mengurus hidangan yang nantinya akan disajikan, sambil menikmati sarapan bersama.
Agar porsi makanan untuk pesta pernikahan tidak terganggu sebelum acara, Uwak akan menambah beberapa masakan lagi untuk konsumsi sanak keluarga yang menginap atau saudara yang datang dari jauh, termasuk juga para tetangga yang ikut membantu demi kelancaran acara nantinya.
Saat itu, acara pernikahan sepupu dilaksanakan di hari dan bulan baik, yakni selepas lebaran dengan kondisi dapur Uwak yang penuh dengan hasil panen, sebagai hasil jerih payah dari bertani dan berkebun yang merupakan mata pencaharian utama mereka.
Niatnya disain illustrasi ini dibikin cerita fiksinya, tapi berhubung gambar bertema kitchen yang akhirnya masuk kategori disain (canva) terfavorit ini adalah recreate memori masa kecil (cerita base on true story yang dituangkan lewat media visual) dan karena udah lama banget saya gak ngefiksi, jadi keterangan gambar (caption di IG) ini kayaknya lebih cocok dituangkan melalui sudut pandang seorang anak aja, yak. 😂
Karena sekarang saya jarang ngeblog dan membalas komentar, apalagi blog walking dan meninggalkan komentar di blognya temen-temen, (Si kakak lagi mid test dan ngerjain satu ulangan dari pagi ampe sore kagak kelar-kelar kalo gak diawasi)😭Jadi saya butuh lebih banyak mood booster agar kepala saya tidak terus-terusan berasep 😅😂contohnya seperti dengan mengotak-ngatik gambar di atas. Dan ternyata hasilnya lumayan untuk membenahi lagi otak yang sudah terlanjur berantakan. 😂
Note : Semoga tulisannya gak patah-patah pas dibaca yah. 😅
***
Berhubung caption di IG hanya dibatasi maksimal 2200 karakter. Maka cerita versi nyantai lengkapnya saya tambahkan disini. 😁
Dari segi karakter, di gambar ada empat orang yang sedang duduk bersama :
#1. Jilbab merah muda mewakili Uwak :
Uwak adalah anak kedua dari lima bersaudara, dan yang paling bontot adalah Ibu saya.
#2. Jilbab putih mewakili Saya :
Saya lebih besar dari Kakak meski hanya selisih satu tahun.
#3. Jilbab ungu tentu saja mewakili Kakak :
Kesehatannya memang agak berbeda dari anak-anak kebanyakan, karena dia memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah dari saya.
#4. Jilbab kuning mewakili Sepupu :
Si Calon Penganten adalah anak nomor dua dari empat bersaudara.
Jadi ceritanya jarak usia Uwak dan Ibu saya itu sangat jauh, karena Ibu saya usianya hanya selisih beberapa tahun dari usia anak Uwak yang pertama. Dan itu juga akhirnya merentet ke usia kami dengan sepupu-sepupu yang lain.
Dari segi latar, kita melihat ada pintu coklat seperti pintu utama sebuah rumah. Pintu itu tidak berfungsi sebagai pintu keluar. Itu adalah jendela sebesar pintu yang dipasangi pagar kayu. Jadi gak bakal ada tangga diluar. Kecuali emang ada yang lagi ngapel dan bawa tangga sendiri dari rumah.😂
Lalu ruangan sebelah, dimana di gambar kita ngeliat ada sedikit peralatan mandi dan gantungan baju. Kalo ada yang menganggap itu kamar tidur atau kamar mandi, hmm.. bukan. Itu adalah teras belakang yang lantainya terbuat dari bilah-bilah bambu.
Sebenarnya semua kegiatan cuci mencuci di lakukan di sungai, namun karena jalan setapak menuju kesana agak terjal dan menurun serta tidak adanya fasilitas penerangan di malam hari (meskipun lokasi sungai tepat di belakang rumah), maka ruangan sebelah dijadikan tempat area basah termasuk untuk cuci piring, wese darurat untuk anak-anak atau tempat sementara untuk menjemur baju.
***
Terakhir, saya ingin ngucapin terima kasih banyak atas perhatian dan support dari Mba Eno melalui kiriman-kirimannya. Demi seorang teman yang udah sangat hectic dan ngedrop dengan kondisi yang entah kapan berakhirnya ini. Saya terharu hingga berkali-kali 😢 Dan karena tulisan Mba Eno kemaren tentang musim gugur telah menginspirasi saya hingga terciptalah disain illustrasi diatas. Glad to know U Mba, Peluk dari jauh 🤗. Lavv u.. 😊